“Saya yakin kamu pasti senang dengan sepatu ini…”
“Saya tidak nyaman kalau berada dekat-dekat atasan saya. Biasanya dia akan mencecar kerjaan yang belum saya selesaikan..”
“Saya sudah berusaha sebaik ini, usaha saya tidak pernah dihargai..”
Apakah Anda sering mendengar variasi kalimat-kalimat di atas dalam kehidupan sehari-hari? Atau mungkin Anda sendiri yang mendengar Anda sendiri melontarkan kalimat-kalimat tersebut.
Atau, apabila Anda seorang coach atau psikoterapis, konselor, Anda mendengarnya dari klien Anda, dalam sesi coaching ataupun konseling.
Dalam ilmu Neuro Lingustic Programming atau yang disingkat dengan NLP, pernyataan-pernyataan tersebut adalah meta-model.
Meta-model merupakan pola bahasa yang merupakan representasi dari mental-model, internal map atau peta dunia seseorang.
Seperti yang sudah dijelaskan di blog sebelumnya, setiap orang memiliki peta dunia sendiri. Peta dunia antara A, B, C, D dan E tentu sangat berbeda satu dengan yang lain. Bahkan peta dunia antara sepasang kembar saja tidak identik!
Peta dunia merupakan representasi seseorang melihat dunia di dalam dirinya, dan dunia di luar dirinya. Darimana peta dunia terbentuk? Peta dunia sudah terbentuk sejak seseorang masih balita, malah ada yang mengatakan sejak dalam kandungan seorang ibu, peta dunia seseorang telah terbentuk
Untuk menjelaskan dari mana sebuah peta dunia terbentuk, memang tidak mudah. Sebagaimana representasi seseorang melihat dunia sungguh rumit. Meskipun para psikolog seperti Carl Jung atau Myers Briggs berusaha memetakan peta dunia seseorang dengan psikometrik asesmen mereka yang kemudian terkenal dengan nama MBTI
Tapi Carl Jung dan Myers Briggs mengatakan hasi dari asesmen tersebut tidak bisa dijadikan acuan yang tepat mengenai gambaran seseorang. Myers Briggs mengatakan hasil dari asesmen itu hanyalah menggambarkan preferensi seseorang, dan bukan berarti dia pasti seperti itu.
Belum lagi ada faktor saat menjawab pertanyaan asesmen, orang yang mengambil asesmen tersebut apakah menjawab 88 ragam pertanyaan dengan jujur, dan mengerti pertanyaan yang ditanyakan. Salah mengartikan pertanyaan dalam asesmen tentu bisa mengakibatkan jawaban yang tidak akurat
Dari sini kita mengetahui kompleksitas ketika kita ingin mengetahui karakter, pola pikir seseorang secara pasti. Karena dunia ini tidak ada yang pasti. Situasi berubah, lingkungan berubah, pola pikir dan peta dunia seseorang pun akan berubah. Meskipun banyak penelitian yang mengatakan bahwa setiap manusia membawa trait, basic pattern yang menjadi bawaannya dan trait ini sudah untuk dirubah
Dalam dunia NLP, kita percaya bahwa peta dunia bisa di-program ulang. Kalau tidak bisa dirubah semuanya, tapi bisa diperlebar, diperluas. Dalam bahasa sehari-hari, inilah yang sering kita sebut sebagai perspektif, wawasan, sudut pandang dan cara berpikir.
Dalam dunia coaching, para coach mempercayai kalau manusia penuh dengan sumber daya, kreatif dan utuh [ Naturally creative, resourceful and whole [ NCRW ] ]. Semua bisa dirubah, karena manusia seyogyanya adalah makhluk yang sempurna, tentu saja apabila dibandingkan makhluk-makhluk lain dalam sebuah siklus rantai kehidupan duniawi.
NLP memperkenalkan secara detail dan mendalam bagaimana mengidentifikasi peta dunia kita melalui bahasa linguistik yang terucap. Lalu NLP juga memberikan solusi bagaimana melakukan program ulang terhadap perspektif atau representasi peta dunia tersebut
Meta-model dalam bahasa lain sering diartikan sebagai filter, bahasa-bahasa sabotase, bahasa-bahasa block mental, self-limiting belief, filter dan sebagainya
Buat kita sendiri, memahami meta-model kita dan melakukan pemrograman ulang akan membuat hidup kita lebih baik, less stress, mengerti diri kita dan orang lain
Buat coach, konselor dan psikoterapis, memahami meta-model akan membantu kliennya berkembang menjadi versi yang lebih baik dan produktif